Pengalaman Pahit di Dunia Crypto Berbalut MLM

Pengalaman Pahit di Dunia Crypto Berbalut MLM: Dari Euforia Hingga Kehancuran

Beberapa waktu lalu, saya pernah terjun ke dalam bisnis cryptocurrency yang ternyata dikemas dengan model Multi-Level Marketing (MLM). Saat itu, saya masih pemula dan belum terlalu paham soal crypto. Dengan rasa penasaran, saya mulai mempelajari skema dan cara kerjanya. Awalnya, saya coba-coba saja dengan modal kecil, $10. Luar biasa, dalam tiga hari modal saya kembali! Rasa semangat langsung membuncah, dan saya mulai berpikir, "Ini bisa jadi sesuatu yang besar."

Karena semangat itu, saya tambah modal jadi $100. Dalam seminggu, modal saya balik lagi. Semakin yakin, saya mulai mengajak teman-teman untuk ikut bergabung. Rasanya seperti menemukan cara mudah untuk menghasilkan uang. Suatu hari, saya bertemu dengan teman gereja yang pernah bercerita bahwa dia adalah Vice President di Valbury dan kehilangan Rp600 juta karena trading, tapi dia santai saja menghadapinya. Saya pikir, orang seperti ini pasti punya pengalaman dan mungkin tertarik. Saya tawarkan bisnis ini kepadanya, dan dia setuju untuk bergabung dengan modal Rp60 juta.

Saya daftarkan dia, berikan username dan password, lalu ajarkan cara pakainya. Dia bilang, "Titip akun aku ya," dan saya merasa dipercaya. Ketika dia gabung, saya dapat keuntungan Rp10 juta. Senangnya bukan main! Rasanya kok gampang banget dapat uang. Dulu, setiap hari saya bisa dapat Rp2 juta sampai Rp10 juta. Bahagia sekali waktu itu, seperti mimpi jadi kaya dalam sekejap.

Namun, lambat laun, masalah mulai muncul. Withdraw jadi semakin sulit. Member yang saya ajak mulai bertanya-tanya, dan saya sendiri pun curiga. Hingga akhirnya, kenyataan pahit terungkap: bisnis itu ternyata scam. Para member panik, termasuk teman gereja saya yang investasi Rp60 juta tadi. Malam itu, dia datang ke rumah saya bersama beberapa orang lain. Mereka teriak-teriak, mengatakan sudah melacak dan mengikuti saya selama beberapa hari. Saya bingung dan merasa aneh dengan sikap mereka. Mereka panik, tapi omongan mereka terasa tidak sesuai dengan kenyataan.

Situasi makin memanas. Nama saya sampai dicemarkan di gereja. Teman-teman gereja yang tadinya dekat mulai menjauh, dan saya merasa tak nyaman datang ke gereja. Mereka akhirnya minta maaf, tapi sebelumnya saya sudah terlanjur merasa terpojok. Saya memilih diam, tak ingin berdebat panjang untuk membela diri. Dalam hati, saya yakin suatu hari kebenaran akan terungkap, siapa yang benar dan siapa yang salah.

Satu tahun berlalu, suasana di gereja perlahan normal kembali. Orang-orang mulai melupakan kejadian itu, dan saya pun belajar dari pengalaman pahit ini. Dari euforia singkat hingga kehancuran, saya menyadari bahwa janji uang mudah sering kali hanya ilusi. Dunia crypto memang penuh potensi, tapi juga penuh jebakan. Pengalaman ini mengajarkan saya untuk lebih hati-hati, tidak hanya dalam berinvestasi, tapi juga dalam menjaga hubungan dengan orang lain.

Komentar

berita

Bahaya silica gel ???

Jatuh Cinta: Ketika Hati Menemukan Tujuannya*

Pengalaman Menemukan Passion